MATARAM – Sekretaris DPD Partai Demokrat Nusa Tenggara Barat (NTB), Andi Mardan, mendesak evaluasi menyeluruh terhadap sistem keselamatan pendakian Gunung Rinjani menyusul jatuhnya pendaki Brasil, Juliana Marins (26), ke jurang sedalam 200 meter pada Sabtu (21/6) lalu.
“Tragedi ini menjadi catatan serius bagi kita semua. Gunung Rinjani adalah destinasi wisata internasional yang harus memiliki standar keselamatan setara dengan reputasinya,” ujar Andi Mardan di Mataram, Rabu (25/6).
Andi menekankan perlunya penguatan regulasi dan pengawasan terhadap aktivitas pendakian, terutama bagi wisatawan asing yang belum familiar dengan medan dan cuaca lokal.
“Kami mengusulkan pembentukan tim evaluasi lintas instansi yang melibatkan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Basarnas, Polda NTB, dan Pemda untuk meninjau kembali protokol keselamatan yang ada,” jelasnya.
Menurut Andi, beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian khusus antara lain sistem perizinan pendakian, kualifikasi pemandu wisata, serta ketersediaan peralatan keselamatan darurat di pos-pos pendakian.

“Kita tidak boleh menunggu kejadian serupa terulang. Setiap nyawa pendaki adalah tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Andi juga menyoroti pentingnya edukasi keselamatan yang lebih intensif bagi calon pendaki, terutama mengenai kondisi cuaca, jalur berbahaya, dan prosedur darurat.
“Perlu ada briefing keselamatan wajib dalam bahasa internasional sebelum pendaki memulai perjalanan, termasuk pengecekan kelengkapan peralatan keselamatan,” usulannya.
Terkait kasus Juliana Marins yang masih dalam proses evakuasi tim Basarnas Special Group, Andi mengapresiasi kerja keras tim SAR dan berharap proses evakuasi dapat berjalan lancar meski menghadapi medan yang menantang.
“Kami turut berduka cita atas tragedi ini dan berharap keluarga korban diberi ketabahan. Ini menjadi momentum untuk memperbaiki sistem keselamatan pendakian di NTB,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Juliana Marins jatuh ke jurang sekitar pukul 06.30 WITA di jalur menuju puncak Rinjani dekat titik Cemara Nunggal. Korban ditemukan menggunakan drone thermal dalam kondisi tidak bergerak dan proses evakuasi masih berlangsung hingga kini.