JAKARTA – Sepuluh peneliti akan diterjunkan ke Kabupaten Buton Utara untuk mengkaji potensi pengembangan kawasan transmigrasi menjadi zona investasi.
Keputusan ini diambil Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara setelah menerima kunjungan kerja Pemkab Buton Utara di kantornya, Selasa (22/7).
Menteri Iftitah menyatakan pihaknya akan melakukan kajian mendalam terhadap wilayah transmigrasi di Buton Utara.
“Kami akan turunkan tim peneliti untuk melihat langsung dan merumuskan potensi wilayah yang bisa dikembangkan menjadi kawasan ekonomi terpadu,” katanya.
Konsep transmigrasi modern yang diusung Kementerian tidak lagi sebatas pemindahan penduduk.
Program ini kini diarahkan untuk membangun kawasan ekonomi dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat.
Wakil Bupati Buton Utara Rahman mengungkapkan 70 persen wilayah kabupatennya merupakan kawasan transmigrasi.
Gelombang transmigran mulai berdatangan pada 1991 dari Bali, Lombok, dan Jawa melalui Kabupaten Muna, kemudian menetap di Buton Utara sejak 2007.
Dari total 36.578 hektare kawasan transmigrasi, baru sekitar 6.000 hektare yang telah dimanfaatkan produktif.
Transmigran di wilayah ini telah menghasilkan komoditas unggulan seperti beras merah rendah karbohidrat, kakao, nilam, dan udang tambak.
Kepala Dinas Transmigrasi Buton Utara Alimudin memaparkan berbagai kendala infrastruktur yang dihadapi.
Sedikitnya 15 jembatan peninggalan program transmigrasi lama masih menunggu revitalisasi karena keterbatasan anggaran daerah.
Upaya peningkatan produktivitas terus dilakukan melalui program pompanisasi agar petani dapat menanam padi merah dua kali setahun.
Selain itu, kawasan ini memiliki hutan mangrove terluas di Asia Tenggara yang berpotensi besar namun belum dikelola optimal.
Menteri Iftitah berjanji akan mengangkat aspirasi Buton Utara dalam forum Rapat Koordinasi Teknis Transmigrasi mendatang.
Hasil kajian tim peneliti diharapkan dapat membuka peluang investasi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.