JAKARTA – Potensi ekonomi yang selama ini tidak terlihat di kawasan transmigrasi mulai terkuak. Tim Ekspedisi Patriot (TEP) berhasil menemukan peluang besar yang tersembunyi di balik kondisi fisik kawasan.
Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman Suryanagara menekankan pentingnya menemukan potensi yang tidak kasat mata.
“Yang terpenting dalam TEP adalah bagaimana para patriot dapat membangun potensi ekonomi di kawasan tersebut dalam skala besar, yaitu potensi yang unseen (tidak terlihat),” katanya dalam pertemuan virtual dengan 105 TEP, Rabu (3/9).
Potensi tersembunyi ini bukan hanya soal lahan dan tanaman. TEP juga menggali aspek rantai logistik dan offtaker yang selama ini terabaikan.
Di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, tim menemukan dominasi perkebunan sawit dan karet mencapai 75 persen dari total lahan.
Vera dari Institut Pertanian Bogor yang bertugas di sana mengatakan penerimaan masyarakat lokal sangat baik terhadap kehadiran tim.
Temuan serupa dilaporkan tim dari berbagai wilayah Sumatera lainnya. Setiap daerah menunjukkan karakteristik potensi ekonomi yang unik dan belum dimanfaatkan maksimal.
Namun, tantangan infrastruktur dan lahan masih menjadi hambatan utama.
Wahidah Kurniawati dari Universitas Diponegoro yang bertugas di Muara Sahung, Kaur, Bengkulu, menyebut dua masalah ini sebagai prioritas penyelesaian.
“Perlu dipahami bahwa masalah lahan dan infrastruktur akan menjadi isu utama,” ujarnya. Tim diminta mencatat semua temuan untuk dicari solusinya bersama.
Pemerintah juga mempersiapkan dukungan jangka panjang melalui Beasiswa Patriot. Program ini akan diajukan persetujuannya ke Komisi V DPR RI pada Kamis (4/9) mendatang.
Menteri Iftitah berharap riset TEP dapat memberikan pandangan objektif untuk pembangunan transmigrasi masa depan.
Keunggulan utama transmigrasi terletak pada ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang melimpah.
