“Daus Gong adalah sebuah kegiatan untuk memandikan alat musik tradisional di sebuah sumur yang dianggap mata air oleh para sekehe (pemain musik) dengan tujuan untuk membersihkan seluruh alat musik yang digunakan oleh para sekehe,” jelas Andi.
Prosesi Daus Gong dimulai dengan karnaval menuju Bon Mertak, salah satu sumur yang dianggap sebagai mata air suci.
Para sekehe atau pemain musik tradisional percaya bahwa dengan memandikan alat musik di mata air tersebut, suara yang dihasilkan akan lebih jernih dan mendapat berkah.
“Kegiatan Daus Gong biasanya dimulai dengan karnaval menuju salah satu sumur yang merupakan mata air (Bon Mertak),” tambah Andi mengenai rangkaian prosesi yang melibatkan seluruh komunitas pemain musik tradisional.
Ketiga tradisi sakral ini bukan sekadar atraksi wisata, melainkan warisan budaya hidup yang terus dijaga kelestariannya oleh masyarakat Sasak Bonjeruk.
Melalui Bondjeroek Culture Festival, generasi muda dapat menyaksikan langsung dan memahami makna filosofis dari setiap tradisi leluhur mereka.
“Penyajian ketiga tradisi dalam satu festival memberikan gambaran utuh tentang kekayaan spiritual dan budaya masyarakat Sasak. Setiap tradisi memiliki peran dan fungsi yang berbeda namun saling melengkapi dalam menjaga harmonisasi antara manusia, alam, dan sang pencipta,” kata Andi Mardan.