LOMBOK TENGAH – Bondjeroek Culture Festival 2025 di Desa Bonjeruk menjadi wadah pelestarian tiga tradisi sakral masyarakat Sasak yang sarat makna spiritual dan budaya. Ketiga tradisi tersebut adalah Nede Peresean, Merangkat, dan Daus Gong.
Pembina 1 Bondjeroek Culture Festival, Andi Mardan menjelaskan makna mendalam dari Nede Peresean sebagai tradisi pembuka festival.
“Nede peresean adalah sebuah tradisi atau upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Sasak di Lombok. Nede dapat diartikan sebagai ritual meminta pertolongan atau memohon berkah,” ungkapnya, Kamis (4/9/2025).
Tradisi Nede Peresean menjadi momen spiritual yang menghubungkan masyarakat dengan leluhur dan Sang Pencipta.
Ritual ini dilakukan sebagai permohonan agar festival berjalan lancar dan mendapat ridho dari Yang Maha Kuasa, sekaligus sebagai bentuk syukur atas karunia yang telah diterima.
Sementara itu, Merangkat menjadi kegiatan inti yang paling dinanti dalam festival ini.
Tradisi Merangkat merupakan prosesi adat khusus yang telah dilakukan turun-temurun oleh masyarakat Desa Bonjeruk.
Keunikan tradisi ini terletak pada penyajiannya dalam bentuk Drama Kolosal Merangkat.
“Merangkat merupakan kegiatan inti dari Bonjeruk Culture Festival. Dalam kegiatan ini akan diperkenalkan prosesi adat Merangkat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bonjeruk. Para tamu yang hadir akan disuguhkan dengan pagelaran Drama Kolosal Merangkat disertai dengan makan bersama di akhir acara,” papar Andi.
Drama Kolosal Merangkat menjadi inovasi menarik dalam menyajikan tradisi kuno dengan kemasan modern.
Melalui pertunjukan dramatis, para penonton dapat memahami alur cerita, makna filosofis, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam prosesi adat Merangkat secara lebih mudah dan menarik.
Tradisi ketiga yang tak kalah sakral adalah Daus Gong, sebuah ritual pembersihan alat musik tradisional yang penuh makna spiritual.
