Festival yang digagas Dedi Kampleng ini dinilai Herman sebagai terobosan kreatif dalam memotret kondisi riil masyarakat tingkat RW melalui sinematografi berdurasi pendek.
Dia melihat potensi besar karya-karya sineas kampung untuk viral dan mendunia.
“Mungkin orang tidak pernah memikirkan untuk membuat sebuah film dokumenter untuk menggambarkan kampungnya, tapi di tangan para sineas kampung diangkat ke permukaan dan bisa saja viral karena mengundang daya tarik,” jelasnya.
Herman juga menekankan fungsi festival sebagai motor penggerak perubahan positif di tingkat kampung. Edisi tahun ini yang fokus pada kampung layak anak dinilainya dapat mendorong terciptanya lingkungan yang aman bagi anak-anak.
Festival Milm Kampung merupakan ajang kompetisi film pendek yang melibatkan warga tingkat RW di Kota Cirebon. Setiap RW peserta ditantang membuat film dokumenter yang menggambarkan kondisi dan aspirasi masyarakat di wilayahnya masing-masing.