SBY Peringatkan Dunia Hanya Tersisa 5 Tahun Cegah Bencana Iklim

oleh -323 Dilihat
Sby Save Our World 1
Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam sebuah perbincangan yang dipandu Gita Wiryawan di Forum The Yudhoyono Institute, Jakarta Theater, Selasa malam (1/7)/2025).
banner 728x90

JAKARTA– Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono memperingatkan dunia bahwa waktu untuk mencegah bencana perubahan iklim semakin menipis.

Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), bumi hanya tersisa 200 giga ton carbon budget yang memberikan waktu maksimal 5 tahun untuk mencegah kenaikan suhu 1,5 derajat Celsius.

banner 336x280

“Saya setuju dengan data yang menunjukkan bahwa dari 440 giga ton carbon budget yang tersisa pada 2018, kini hanya 200 giga ton,” kata SBY dalam diskusi peluncuran lagu “Save Our World” di Jakarta Theater, Selasa malam.

Mantan Presiden yang akrab disapa Pak SBY itu menegaskan perubahan iklim bukanlah isu yang bisa dianggap sepele.

Ia bahkan mengkritik keras pemimpin dunia yang menganggap isu lingkungan sebagai hoax atau fake news.

“Saya tidak suka kalau ada pemimpin dunia yang tidak peduli dan menganggap isu lingkungan atau climate change itu hanya hoax ataupun fake news yang tidak ada gunanya. Yang seperti itu tidak bertanggung jawab,” tegasnya.

Ancaman Nyata bagi Masa Depan

SBY menjelaskan kegagalan mencegah kenaikan suhu 1,5 derajat akan mengancam keselamatan generasi mendatang.

banner 336x280

Menurutnya, dampak perubahan iklim bahkan lebih dahsyat dari peperangan yang terjadi saat ini.

“Kalau kita gagal mencegah terlampauinya satu setengah derajat tambahan panas bumi ini, masa depan kita tidak aman, masa depan anak cucu kita tidak aman,” ujarnya.

Ia menekankan pendekatan business as usual tidak akan cukup untuk mengatasi krisis ini.

Semua komitmen yang telah disepakati dalam Paris Climate Agreement harus diwujudkan dengan upaya maksimal.

“Harus ada big push. Semua yang dijanjikan oleh negara setelah ditandatangani Paris Climate Agreement harus diwujudkan,” katanya.

Kritik terhadap Kondisi Geopolitik

Dalam percakapan yang dipandu Gita Wiryawan, SBY mengungkapkan keprihatinan terhadap kondisi dunia yang semakin terpolarisasi.

Ia menilai ironis bahwa dunia justru terbelah ketika seharusnya bersatu menghadapi ancaman perubahan iklim.

“Dunia kita sedang tidak baik-baik saja. Ketegangan geopolitik, instabilitas keamanan, perang antarnegara, dan tragedi kemanusiaan terjadi di mana-mana,” katanya.

SBY menyebut bahwa fokus pada konflik geopolitik justru menjauhkan perhatian dunia dari upaya melawan perubahan iklim.

Padahal, kerja sama internasional merupakan kunci utama dalam mengatasi krisis lingkungan.

“Kalau situasi masih seperti ini, saya khawatir makin menjauh kesadaran dunia untuk melawan perubahan iklim. Yang ada hanya geopolitik, perang, ambisi, ego,” ungkapnya.

Konsistensi Kepedulian Lingkungan

SBY mengaku semakin peduli terhadap isu lingkungan sejak Indonesia menjadi tuan rumah COP 13 di Bali pada 2007.

Pertemuan yang hampir gagal tersebut berhasil dilaksanakan berkat kerja sama dengan mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon, hingga melahirkan Bali Road Map yang kemudian mengarah pada Paris Climate Agreement.

“Saya makin tahu bahwa bumi kita ini menghadapi ancaman yang real—dampaknya lebih dahsyat dari peperangan yang ada,” katanya menjelaskan alasan komitmennya pada isu lingkungan.

Kepedulian tersebut diwujudkan melalui The Yudhoyono Institute (TYI) yang telah 8 tahun konsisten menyuarakan urgensi penyelamatan bumi.

Lembaga think tank yang dipimpinnya mengusung prinsip “Think Big, Do Small, Do Now” dengan menempatkan sustainability sebagai isu sentral.

Tanggung Jawab Bersama

SBY menekankan, menyelamatkan bumi adalah tanggung jawab semua pihak, bukan hanya pemerintah atau ahli lingkungan.

Setiap elemen masyarakat harus berperan aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

“Tidak boleh hanya menggantungkan pada ahli di bidang lingkungan ataupun Kementerian Lingkungan Hidup. Semua punya tanggung jawab,” katanya.

Ia juga mengajak setiap individu untuk memulai dari diri sendiri dalam berkontribusi pada penyelamatan bumi.

Upaya kolektif dari tingkat individu hingga negara dinilai krusial untuk mencegah bencana iklim.

“Tidak usah terlalu jauh. Dimulai dari diri sendiri, apa yang bisa dilakukan yang akhirnya muaranya bumi yang makin baik,” ucapnya.

SBY menyampaikan hal itu dalam rangka peluncuran lagu “Save Our World” versi ketiga yang melibatkan 35 musisi lintas generasi.

Lagu tersebut merupakan ciptaannya yang pertama kali lahir dari inspirasi saat menghadiri konferensi iklim di Oslo, Norwegia, pada 2010.

banner 728x90