Radio Masih Punya 16 Juta Pendengar di 10 Kota Besar Indonesia

oleh -189 Dilihat
oleh
Radio Summit Xviii 2025 Di Jakarta
Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya saat menghadiri Radio Summit XVIII 2025 di Hotel 101 Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Sabtu (15/11/2025).

JAKARTA – Radio ternyata masih diminati masyarakat Indonesia. Data Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) mencatat ada 16 juta pendengar radio di 10 kota besar pada 2025.

Angka ini menjadi bukti bahwa radio tetap relevan meski bermunculan media sosial dan platform digital. Bahkan belanja iklan radio masih mencapai Rp 750 miliar per tahun.

Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya melihat radio sebagai bagian penting ekonomi kreatif yang perlu dikembangkan. Pemerintah berkomitmen mendukung industri ini agar tetap bersaing di era digital.

“Radio tidak lagi dipandang sebagai medium tradisional, tetapi bagian penting dari ekonomi kreatif yang harus mampu mengembangkan model bisnis baru di era digital,” kata Teuku Riefky pada Sabtu, 15 November 2025.

Radio Summit XVIII 2025 digelar di Hotel 101 Kebon Sirih, Jakarta Pusat untuk mempertemukan pelaku industri dari berbagai daerah. Acara ini mengangkat tema ‘Radio Is Not Just A Vibe, It’s A Business’ sebagai bentuk penegasan posisi radio sebagai sektor bisnis strategis.

Industri radio kini menghadapi persaingan ketat dari platform streaming dan podcast yang lebih digemari generasi muda. Perubahan perilaku konsumsi ini memaksa radio untuk berinovasi dan bertransformasi secara digital.

Radio tetap memiliki kekuatan khusus di wilayah yang belum terjangkau internet dengan baik. Medium ini juga berperan dalam pendidikan publik, pelestarian budaya, dan promosi seni lokal.

Deputi Bidang Kreativitas Media Kementerian Ekraf Agustini Rahayu mendorong kolaborasi semua pihak untuk mempertahankan industri radio.

“Radio Summit ke-18 harus menjadi momentum kebangkitan radio nasional,” tegasnya.

Ketua PRSSNI M Rafik menekankan pentingnya kerja sama lintas generasi dan lintas media. Kolaborasi ini dinilai sebagai strategi utama agar radio tetap kompetitif sambil mempertahankan identitas lokal.

“Kolaborasi adalah kunci. Bersama saja belum tentu mudah, apalagi jika berjalan sendiri,” ujar M Rafik.

Kementerian Ekraf akan terus memfasilitasi penguatan ekosistem penyiaran melalui regulasi adaptif dan kemitraan strategis. Radio diharapkan bisa bertahan sebagai medium yang kuat dan inklusif dalam peta ekonomi kreatif Indonesia.