MEDAN – Keputusan Kementerian Dalam Negeri yang memindahkan empat pulau di Kabupaten Aceh Singkil ke wilayah Sumatera Utara dinilai berpotensi merusak hubungan harmonis kedua provinsi yang telah terjalin selama puluhan tahun.
Politisi Partai Demokrat asal Pakpak Bharat, Jansen Sitindaon, mengkhawatirkan dampak sosial dari penetapan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 300.2.2-2138 Tahun 2025 tersebut terhadap stabilitas hubungan masyarakat Aceh dan Sumatera Utara.
“Jangan sampai karena urusan yang sebenarnya tidak penting-penting amat ini, soal hubungan horizontal kemasyarakatan yang sudah baik selama ini malah jadi rusak dan konflik,” ujar Jansen dalam keterangannya, Senin (16/6/2025).
Keputusan yang ditandatangani Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada 25 April 2025 itu menetapkan empat pulau di Kabupaten Aceh Singkil kini masuk ke Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Penetapan ini dilakukan setelah melewati rapat di tingkat pusat dengan perhitungan geografis.
Menurut Tito, Kemendagri menetapkan batas wilayah empat pulau tersebut karena penamaan pulau yang harus didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tidak adanya kesepakatan antara Aceh dan Sumatera Utara menyebabkan pemerintah pusat berwenang menetapkan batas laut yang disengketakan.
Jansen menilai keputusan ini dapat memperkeruh situasi di Aceh yang baru 21 tahun berdamai dengan pemerintah Indonesia. Politisi Batak ini juga mengkhawatirkan eskalasi ketegangan yang terlihat dari komentar-komentar di media sosial.
“Karena semakin lama ini dibiarkan dan berlarut-larut akan semakin panas. Apalagi melihat komen-komen di medsos bisa membuat hal ini merembet jadi kemana-mana,” jelasnya.
Yang paling dikhawatirkan Jansen adalah dampaknya terhadap masyarakat perantau dari kedua provinsi yang selama ini hidup berdampingan secara harmonis karena faktor ekonomi dan geografis.
Dia berharap Presiden Prabowo Subianto dapat mengambil keputusan bijaksana terkait kepemilikan empat pulau tersebut untuk mencegah kerusakan hubungan horizontal yang telah terjalin baik selama ini.
