KUDUS – Petani di Kabupaten Kudus kini bisa panen padi hingga tiga kali dalam setahun sejak Bendungan Logung beroperasi. Produktivitas mereka meningkat drastis dari yang semula hanya sekali panen menjadi 2-3 kali dengan hasil 7-8 ton per hektare.
Suwandi, Ketua IP3A Kecamatan Jekulo dan Mejobo, mengatakan pola tanam petani berubah total setelah bendungan ini dibangun pada 2018.
“Setelah bendungan dibangun bisa tanam padi 2-3 kali setahun. Tahun ini bahkan tiga kali masa tanam, dan hasilnya rata-rata 7–8 ton per hektar,” jelasnya.
Keuntungan tidak hanya soal frekuensi tanam. Bahrudin, petani dari Desa Delango, mengaku desanya terbebas dari banjir yang dulu sering merusak tanaman saat panen.
“Pernah pada saat itu lagi panen-panennya petani sudah menyambit itu tinggal ditumbuk, eh hujan besar dibawa sama arus,” kenang Bahrudin.
Kerugian besar itu kini tidak lagi terjadi karena bendungan mampu mengurangi banjir.
“Alhamdulillah sudah 3 atau 4 tahun ini tidak pernah banjir di desa kami,” tambahnya.
Dampak paling nyata terlihat di Kecamatan Undaan. Purnomo, petani setempat, menyebut lahan produktif bertambah enam kali lipat dari 80-100 hektare menjadi lebih dari 600 hektare.
“Setelah bendungan dibangun, genangan air berkurang, distribusi air irigasi stabil, sehingga luas lahan yang bisa ditanami bertambah menjadi lebih dari 600 hektare,” kata Purnomo.
Bahkan lahan tidur seluas 800 hektare di Legowo yang dulu tidak bisa ditanami kini kembali produktif.
Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menegaskan bendungan ini tidak hanya soal irigasi. Bendungan Logung juga menyuplai 200 liter air per detik untuk Kota Kudus dan berpotensi menghasilkan listrik 0,5 MW.
“Bendungan ini bukan hanya infrastruktur air, tapi juga penggerak ekonomi dan pengungkit kesejahteraan masyarakat,” tegas Menteri PU.
Kawasan sekitar bendungan pun berkembang menjadi destinasi wisata yang membuka peluang ekonomi tambahan bagi masyarakat.