Yogyakarta – Tingginya angka urbanisasi dan ancaman yang muncul akibat perubahan iklim menjadi tantangan ganda bagi kota-kota besar di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan pentingnya membangun perumahan yang tidak hanya terjangkau, tetapi juga tahan terhadap risiko lingkungan.
Dalam forum The Yudhoyono Institute di Yogyakarta, AHY menyatakan bahwa peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan, yang diperkirakan mencapai 70 persen pada tahun 2045, memerlukan respons kebijakan yang inovatif dan tangguh terhadap perubahan iklim.
“Tantangannya bukan hanya membangun rumah, tetapi juga membangun komunitas yang tahan iklim dan terhubung dengan baik,” ujar AHY.
Ancaman penurunan muka tanah dan kenaikan permukaan laut di pesisir utara Jawa menjadi contoh nyata tekanan terhadap kawasan urban. Jakarta dan sejumlah kota pesisir disebut menghadapi risiko tinggi banjir rob dan tenggelam jika tidak segera ditangani.
AHY juga menyoroti kebutuhan mendesak akan solusi pembiayaan kreatif untuk pembangunan perumahan dan infrastruktur perkotaan. Terobosan diperlukan agar proyek perumahan terjangkau bisa berkelanjutan secara ekonomi dan ramah lingkungan.
Salah satu pendekatan yang disinggung adalah integrasi proyek-proyek besar seperti tanggul laut raksasa dengan pengembangan kawasan hunian baru. Selain itu, dia mendorong pemanfaatan teknologi berkelanjutan untuk membangun lingkungan hidup yang lebih tangguh.