Perjalanan 15 Tahun Lagu SBY Mendunia, Dari Konferensi Iklim Oslo hingga APEC

oleh -180 Dilihat
Save Our World Ilustrasi
Lagu ‘Save Our World’ karya SBY lahir dari Oslo 2010, dimainkan di APEC 2011, kini diluncurkan versi ketiga melalui kolaborasi 35 musisi Indonesia.
banner 728x90

JAKARTA – Sebuah lagu ciptaan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang lahir dari inspirasi di Oslo, Norwegia, kini telah menempuh perjalanan 15 tahun hingga kembali diluncurkan dalam versi ketiga dengan melibatkan 35 musisi Indonesia lintas generasi.

Lagu “Save Our World” yang diluncurkan The Yudhoyono Institute ternyata memiliki sejarah diplomatik yang menarik, bermula dari konferensi internasional tentang iklim dan kehutanan di Oslo pada 2010.

banner 336x280

“Tahun 2010, saya diundang oleh sahabat dekat saya, Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg, untuk menyelenggarakan konferensi internasional tentang climate and forestry,” ungkap SBY dalam diskusi yang dipandu Gita Wiryawan, Selasa malam.

SBY dan Stoltenberg menjabat sebagai ketua bersama dalam konferensi bertema penyelamatan lingkungan dan hutan.

Konferensi yang dihadiri para pemimpin dunia tersebut, termasuk Raja Charles yang saat itu masih menjadi Pangeran Wales, mengawali semangat SBY dalam isu lingkungan.

Inspirasi untuk menciptakan lagu muncul ketika SBY menghabiskan tiga hari tiga malam di ibu kota Norwegia itu. “Setelah tiga hari tiga malam berada di Oslo—bukan Solo, Oslo ya—sebelum kembali ke Jakarta, saya terinspirasi,” kata SBY sambil tersenyum.

Proses kreatif yang berlangsung spontan itu terjadi pada pagi hari sebelum kepulangan ke Jakarta. Didampingi sang istri, almarhumah Ani Yudhoyono, yang memainkan gitar, SBY menciptakan lagu yang kemudian menjadi karya monumental dalam upaya penyelamatan bumi.

banner 336x280

Versi pertama lagu berjudul “Untuk Bumi Kita” dirilis pada 2010 dengan kolaborasi arranger Erwin Gutawa dan penyanyi Sandhy Sondoro. Tiga tahun kemudian, musisi Amerika Serikat Jeff Lorber dan Jeffrey Pescetto mengadaptasi karya tersebut menjadi versi bahasa Inggris dengan judul “Save Our World.”

Prestasi internasional lagu ini mencapai puncak ketika dimainkan dalam pembukaan acara APEC di Honolulu pada 2011, menandai pengakuan global terhadap pesan lingkungan yang diusung SBY.

Kepedulian lingkungan SBY sebenarnya sudah dimulai sejak Indonesia menjadi tuan rumah COP 13 di Bali pada 2007. Pertemuan yang hampir gagal itu berhasil diselamatkan melalui kolaborasi SBY dengan Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Ban Ki-moon.

“Hampir gagal pertemuan itu, tetapi saya dengan sahabat dekat saya, Ban Ki-moon, bareng-bareng untuk menyelamatkan, dan lahirlah Bali Road Map,” kenang SBY.

Hasil dari COP 13 Bali tersebut kemudian menjadi landasan bagi Paris Climate Agreement yang disepakati pada 2015.

Versi ketiga “Save Our World” yang diluncurkan kini menampilkan aransemen baru karya Tohpati dan melibatkan 35 musisi lintas generasi, termasuk Reny Jayusman, Yuni Sara, Mikayla, Saikoji, dan almarhum Titiek Puspa sebagai karya terakhirnya.

Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjelaskan bahwa lagu ini menjadi sarana untuk menyampaikan pesan lingkungan yang lebih populer dan humanis.

“Pendekatan yang lebih populer, yang lebih humanis melalui karya seni dan budaya seringkali justru lebih efektif untuk menggugah akal dan rasa, hati dan pikiran,” kata AHY.

Dalam konteks global saat ini, SBY menekankan urgensi penyelamatan bumi di tengah berbagai konflik geopolitik. Menurutnya, dunia justru terbelah ketika seharusnya bersatu menghadapi krisis iklim dan pemanasan global.

“Sungguh ironis, dunia terbelah ketika seharusnya bangsa-bangsa bersatu untuk menghadapi tantangan terbesar di abad ke-21 ini, yaitu krisis iklim dan pemanasan global,” ungkap AHY dalam pidatonya.

Sementara itu Ketua DPD Partai Demokrat Nusa Tenggara Barat, Indra Jaya Usman (IJU) mengatakan lagu ‘Save Our World’ kini menjadi warisan diplomatik budaya.

“Lewat karya Pak SBY, seni dapat menjadi jembatan komunikasi lintas negara dalam menyuarakan isu global yang mendesak,” ujarnya.

Dia juga menyebut perjalanan 15 tahun lagu ini dari Oslo hingga panggung APEC, dan kini kembali ke Jakarta, menggambarkan komitmen SBY dalam isu perubahan iklim.

“Lagu ini mencerminkan sikap Indonesia dalam kepemimpinan global untuk isu perubahan iklim dan kelestarian lingkungan,” ucap IJU.

banner 728x90