MATARAM – Pulangnya dua benda bersejarah dari Australia ke Museum NTB membuka pertanyaan besar, berapa banyak lagi warisan budaya Lombok yang kini ada di tangan kolektor asing?
Anggota Komisi IV DPRD Provinsi NTB Syamsul Fikri mendesak pemerintah daerah melakukan penelusuran menyeluruh.
Menurutnya, hibah kain persujudan dan manuskrip tangkepan dari kolektor Australia Michael Abbot hanyalah puncak gunung es.
“Kita harus bertanya, berapa banyak benda pusaka NTB yang sudah berpindah tangan ke luar negeri selama puluhan atau ratusan tahun terakhir,” kata Syamsul Fikri, Rabu (20/11/2025).
Syamsul mengapresiasi upaya Museum NTB yang berhasil menjemput langsung dua benda tersebut dari Adelaide, Australia. Namun ia menegaskan, kerja sama internasional seperti ini harus diikuti dengan langkah konkret.
“Museum NTB perlu didukung penuh untuk membuat database benda bersejarah NTB yang ada di luar negeri,” ujarnya.
Syamsul Fikri juga mempertanyakan bagaimana benda-benda bersejarah itu bisa keluar dari NTB. Ia menduga ada praktik jual beli atau pengambilan tanpa izin yang terjadi di masa lalu.
“Pemerintah harus melacak jejak perdagangan benda antik dari NTB. Kalau perlu, buat tim khusus yang tugasnya mencari dan membawa pulang warisan budaya kita,” tandasnya.
Museum NTB baru saja menerima hibah kain persujudan bermotif kapal dan manuskrip tangkepan tentang obat-obatan dari kolektor Australia Michael Abbot.
Kedua benda yang diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun itu dijemput langsung oleh tim Museum NTB ke Adelaide pada 18 November 2025.
Ini bukan pertama kalinya Abbot menghibahkan koleksinya ke NTB. Pada Juli 2024, ia pernah menyerahkan Al Quran tulis tangan abad ke-17 asal India.
Penyerahan hibah disaksikan oleh pejabat Museum Art Gallery of South Australia (AGSA), termasuk Kurator Internasional Seni Islam James Bennet yang menyebut kedua benda itu sangat langka dan layak dipamerkan.
