JAKARTA – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengangkat dua inovasi unggulan dalam penilaian 8 besar Innovative Government Award (IGA) 2025 yang digelar Selasa (4/11). Kedua inovasi itu adalah budidaya kurma tropis dan sistem digital rumah sakit untuk mencegah kesalahan pemberian obat.
Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menyampaikan, pemerintah provinsi telah menyeleksi 139 inovasi dari berbagai dinas dan mitra. Proses seleksi melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) menghasilkan dua inovasi terbaik yang siap diadu di tingkat nasional.
“NTB tidak ingin inovasi berhenti di panggung penghargaan. Kami ingin inovasi hidup di lapangan, menjadi sistem kerja, menjadi budaya,” kata Lalu Iqbal dalam acara yang dipimpin Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya secara daring.
Inovasi pertama merupakan pengembangan kurma tropis dan kacang Sacha Inchi di Lombok Utara. Program ini menggabungkan teknologi pertanian modern dengan kearifan lokal melalui sistem tumpangsari dan pola kemitraan “nyakap”.
Hasilnya, angka kemiskinan di lokasi proyek turun dari 23 persen pada 2023 menjadi 20 persen pada 2024. Kurma hasil budidaya NTB bahkan masuk tujuh terbaik dunia dalam kompetisi internasional di Dubai, sementara Sacha Inchi diolah menjadi minyak bernilai ekspor tinggi.
Inovasi kedua adalah ROSI Mandalika, sistem digital farmasi klinis di RS Mandalika. Sistem ini menggabungkan prosedur kerja standar dengan rekam medis elektronik untuk mencegah kesalahan pemberian obat kepada pasien.
RS Mandalika mencatat nol kesalahan pemberian obat sejak sistem ini diterapkan. Waktu layanan farmasi lebih cepat 20 persen, tingkat kepatuhan petugas medis terhadap prosedur kerja naik dari di bawah 50 persen menjadi 90 persen, dan kepuasan pasien mencapai 85 persen.
ROSI Mandalika akan diterapkan di lima rumah sakit milik pemerintah provinsi. Bahkan rumah sakit di kabupaten dan kota lain berpotensi menggunakan sistem yang sama.
Wamendagri Bima Arya dalam sambutannya menekankan pentingnya inovasi yang berkelanjutan. Menurutnya, pemerintah daerah yang inovatif bukan sekadar punya banyak aplikasi atau proyek digital.
“Pemerintah daerah yang inovatif bukan hanya yang memiliki banyak aplikasi atau proyek digital, tetapi yang mampu membangun sistem pemerintahan yang hidup, adaptif dan berkelanjutan,” ujar Bima.
Bima menilai Indonesia berada di fase penting keluar dari jebakan pendapatan menengah. Untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi, diperlukan visi nasional lintas generasi, kepemimpinan efektif, kemandirian ekonomi, serta kolaborasi dan inovasi di semua sektor.
Lalu Iqbal menutup paparannya dengan menegaskan komitmen menjadikan NTB sebagai laboratorium inovasi daerah. Ia ingin menunjukkan bahwa wilayah kepulauan bisa membangun daerah dengan ilmu, riset, dan kolaborasi.
