Mataram – Inflasi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Oktober 2025 tercatat 0,35 persen, lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang hanya 0,28 persen. Kenaikan harga terutama terjadi pada emas perhiasan dan berbagai komoditas pangan.
Kepala BPS NTB Dr. Drs. Wahyudin, M.M menyebut, lonjakan harga paling besar terjadi pada kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya.
“BPS mencatat peningkatan harga terutama terjadi pada kelompok pengeluaran perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta beberapa komoditas utama seperti emas perhiasan, cabai merah, ikan layang, ikan bandeng, dan udang basah,” jelasnya di Mataram, Senin (3/11/2025).
Di sisi lain, kondisi petani membaik dengan naiknya Nilai Tukar Petani (NTP) sebesar 0,65 persen. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga jagung, tembakau, cabai merah, gabah, dan wortel di tingkat petani.
Berbeda dengan NTP, sektor pariwisata justru mengalami penurunan pada September 2025. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang anjlok 3,13 poin menjadi 45,67 persen.
Hotel nonbintang juga mengalami penurunan lebih dalam, turun 4,36 poin menjadi 33,86 persen. Wahyudin mengatakan penurunan ini tidak sepenuhnya menunjukkan berkurangnya wisatawan.
Jumlah penumpang angkutan laut dan udara juga tercatat menurun, baik untuk rute domestik maupun internasional.
Meski pariwisata lesu, perdagangan luar negeri NTB tetap menunjukkan kinerja positif. Nilai ekspor pada September 2025 mencapai US$ 173,7 juta dengan perhiasan atau permata sebagai penyumbang terbesar.
Komoditas perhiasan dan permata menyumbang 64,55 persen dari total ekspor. Tembaga berada di posisi kedua dengan kontribusi 32,17 persen, disusul ikan dan udang sebesar 2,85 persen.
Sementara impor NTB tercatat US$ 11,93 juta, didominasi karet dan barang dari karet sebesar 63,67 persen. Neraca perdagangan NTB surplus US$ 161,77 juta pada September 2025.
“Neraca perdagangan NTB sepanjang tahun 2025 mencapai US$ 400,31 juta,” kata Wahyudin.
Dari sektor pertanian, luas panen padi tahun 2025 diperkirakan mencapai 322,50 ribu hektar atau naik 14,48 persen. Produksi padi diproyeksikan mencapai 1,70 juta ton, meningkat 16,65 persen dibanding tahun lalu.
