Ia juga meminta masyarakat dilibatkan dalam pemetaan wilayah rawan banjir. Edukasi tentang mitigasi bencana secara partisipatif perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga.
Banjir awal Juli 2025 merendam enam kecamatan di Kota Mataram dengan dampak yang meluas. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Polda NTB mencatat sedikitnya 7.676 kepala keluarga menjadi korban langsung. Selain itu, ratusan warga mengungsi dan seorang korban meninggal dunia.
Bahkan Pendopo Wakil Gubernur NTB di Jalan Panji Tilar tak luput dari genangan.
Pemerintah Kota Mataram telah mengalokasikan dana Rp 6 miliar dari BTT untuk penanganan pasca-banjir.
Dana tersebut meliputi perbaikan tiga jembatan rusak di Cakranegara senilai Rp 1,4 miliar dan Rp 1 miliar untuk pembangunan hunian sementara bagi korban kehilangan rumah.
“Dana ini besar, dan harus digunakan transparan. Tapi yang lebih penting, jangan hanya tangani akibat, tapi kendalikan sebabnya,” tegas Syamsul Fikri.