JAKARTA – Direktur Eksekutif Political Design Hendri Teja menilai eskalasi konflik Iran-Israel baru-baru ini menjadi bukti nyata kegagalan tatanan global saat ini dalam menjaga perdamaian dunia.
Dalam analisisnya, Hendri menyoroti bagaimana konflik bermula ketika Israel mengebom Iran tanpa alasan yang jelas, kemudian Iran membalas dengan menyerang Tel Aviv dan kota-kota Israel lainnya, hingga Amerika Serikat ikut campur dengan melakukan pengeboman terbatas ke Iran.
“Ini adalah bukti terbaru bahwa tatanan global sedang bergeser. Bukan menuju kedamaian, melainkan ke arah ketegangan yang bisa meledak kapan saja,” ungkap Hendri dalam keterangannya, Jumat.
Hendri secara khusus mengkritik sistem hak veto di Dewan Keamanan PBB yang menurutnya menjadi akar masalah ketidakberdayaan dunia dalam menyelesaikan konflik internasional.
Lima negara pemegang hak veto yakni Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, dan Tiongkok, dinilai kerap memanfaatkan kekuasaan tersebut untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.
“Ketika salah satu dari mereka melewati batas, PBB tidak bisa menjatuhkan sanksi. Karena mereka akan memveto resolusi PBB yang merugikan mereka,” jelasnya, sembari mencontohkan kasus Ukraina yang terhambat karena veto Rusia dan Israel yang terlindungi oleh veto Amerika Serikat.
Hendri juga mengutip pandangan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pernah menyampaikan kritik serupa dalam podcast “Endgame” bersama Gita Wirjawan.
Menurut Hendri, SBY sejak menjabat sebagai Presiden ke-6 RI telah melancarkan kritik tajam terhadap tatanan global yang timpang.
“SBY menyebut tatanan global saat ini timpang dan tidak adil. Yang kuat kebal hukum, yang lemah tak berdaya. Dunia dikuasai oleh hukum rimba: the might is right,” ujar Hendri mengutip pandangan SBY.
Lebih lanjut, Hendri menekankan bahwa Indonesia tidak boleh berdiam diri menghadapi situasi ini karena tiga alasan utama. Pertama, situasi tersebut pada akhirnya akan merugikan kepentingan nasional Indonesia secara ekonomi, diplomatik, dan keamanan.
Kedua, menjaga ketertiban dunia merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Ketiga, sebagai bangsa Pancasila yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab.
“Kita tidak bisa membiarkan extreme human suffering di negara-negara yang terlibat perang terus berlangsung tanpa upaya apa pun untuk mencegah atau menguranginya,” tegasnya.
Hendri mengutip pernyataan SBY tentang keharusan Indonesia mencegah kerusakan akibat konflik.
“Kegigihan mereka untuk merusak harus kita hadapi dengan kegigihan kita untuk mencegah kerusakan dan membangun kembali.”
Direktur Political Design ini menyerukan agar para pemimpin dunia tidak hanya menjadi penguasa, tetapi menjadi negarawan global yang menggunakan kekuatan untuk melindungi, bukan mendominasi.