Yogyakarta— Di tengah kompetisi global menuju energi bersih, Indonesia mulai memantapkan langkah untuk mengambil posisi penting dalam rantai pasok kendaraan listrik (EV) dan baterai.
Posisi ini, menurut Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjadi strategis bukan hanya dari sisi sumber daya. Tetapi, juga sebagai upaya membangun kemandirian industri dalam negeri di era transisi energi.
AHY yang juga Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan menyampaikan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasokan energi baru bukan sekadar agenda teknokratis.
Rantai pasokan energi baru tersebut dipandang harus menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional berbasis inovasi dan ketahanan.
“Dari irigasi yang lebih baik… hingga kepemimpinan kami dalam rantai pasokan EV dan baterai,” ujar AHY saat membuka TYI Lecture Series bertema Green Growth: Sustainable Growth with Equity, di Yogyakarta, Sabtu (11/5).
AHY menekankan pembangunan infrastruktur, transportasi, dan kawasan industri harus mendukung terbentuknya ekosistem energi masa depan yang inklusif dan berkeadilan.
“Jalur pembangunan kami semakin dipandu oleh prinsip-prinsip ketahanan, inovasi, dan keadilan sosial,” katanya.
Ia juga mengingatkan teknologi yang dikembangkan dalam transisi energi harus memberi manfaat luas.
“Bagaimana kita dapat meningkatkan terobosan teknologi sehingga mereka mengangkat bukan hanya beberapa orang, tapi banyak orang,” lanjut AHY.
Diskusi yang diinisiasi oleh The Yudhoyono Institute ini menghadirkan akademisi dari Universitas Stanford, termasuk Prof. Yi Cui, Prof. William Chueh, dan Prof. David Cohen.
Keynote speech disampaikan oleh Dr. Arun Majumdar dan diskusi dipandu oleh Gita Wirjawan.
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono turut memberikan penutupan dalam sesi tersebut.