Sebanyak 1.000 perempuan dari seluruh kecamatan di Loteng akan berparade mengenakan pakaian adat, memvisualisasikan legenda Putri Mandalika yang melekat dalam budaya setempat.
Festival Bau Nyale tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sarana melestarikan tradisi turun-temurun.
Legenda nyale (cacing laut) yang dicari masyarakat sebagai simbol kemakmuran menjadi inti filosofi festival ini.
“Ini adalah upaya kami menjadikan The Mandalika sebagai destinasi unggulan yang mengedepankan keberlanjutan budaya dan lingkungan,” terang Wahyu.
Diharapkan, gelaran tahun ini mampu meninggalkan kesan mendalam bagi wisatawan sekaligus meningkatkan kunjungan ke Lombok Tengah pasca-event.
Dengan dukungan multisektor, Festival Bau Nyale 2025 diharapkan menjadi pemantik pertumbuhan ekonomi kreatif dan penguatan identitas budaya di Nusa Tenggara Barat.
“Festival ini adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan. Dari tradisi nyale, kami membangun Lombok yang lebih sejahtera melalui pariwisata,” pungkas Wahyu. (*)