Jakarta — Laju pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal pertama 2025 mengalami perlambatan. Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Marwan Cik Asan, mengatakan pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah strategis dan terukur.
Ia mengusulkan pemerintah mempertimbangkan agar keep buying strategyditerapkan kembali.
Strategi itu pernah sukses digunakan di era Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), terutama saat menghadapi krisis global 2008-2009.
Menurut Marwan, strategi keep buying terbukti mampu menjaga daya beli masyarakat di tengah tekanan ekonomi.
Caranya, dengan mendorong konsumsi rumah tangga tetap stabil sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi.
“Strategi ini bisa berupa pemberian subsidi langsung, insentif konsumsi, dan stabilisasi harga bahan pokok, sehingga konsumsi tidak jatuh secara drastis,” ujar Marwan dalam pernyataan di Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Dia meyakini strategi itu bisa diadaptasi melalui perluasan belanja sosial langsung, pemberian bantuan kepada UMKM yang menyasar kalangan menengah ke bawah, serta insentif fiskal untuk sektor perdagangan dan jasa.
“Kedua sektor itu terbukti vital bagi ekonomi domestik,” ujar Sekretaris Dewan Pakar Partai Demokrat itu.
Tak hanya itu, Marwan pun menyoroti pentingnya percepatan realisasi belanja pembangunan prioritas, serta penguatan hilirisasi industri.
Agar kebijakan berdampak langsung pada pemulihan ekonomi, Marwan menilai bahwa insentif pemerintah harus menyasar sektor-sektor yang paling terdampak oleh perlambatan ekonomi global.
Di sisi lain, dia mengatakan perlunya kerja sama lintas sektor guna menangkap peluang relokasi industri global dari Tiongkok dan Amerika Serikat ke Indonesia.
“Diplomasi ekonomi harus lebih proaktif, pasar ekspor perlu didiversifikasi, dan ketergantungan pada komoditas primer harus dikurangi melalui industrialisasi dan penguatan sektor manufaktur,” tegasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,87 persen pada kuartal I 2025. Artinya, mengalami penurunan dari 5,11 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Proyeksi IMF pada April 2025 menunjukkan terjadinya pertumbuhan ekonomi global.
Kendati begitu, negara berkembang termasuk Indonesia masih menghadapi tekanan inflasi yang relatif tinggi meski lebih rendah dibandingkan 2024.