JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengusulkan konsep baru untuk proyek Giant Sea Wall. Tanggul laut raksasa ini tidak hanya berfungsi sebagai penahan banjir, tetapi juga dikembangkan menjadi kawasan bisnis dan hunian.
AHY menjelaskan konsep Transit Oriented Development (TOD) akan diterapkan di lokasi-lokasi tertentu sepanjang tanggul laut. Dengan cara ini, proyek senilai Rp 1.300 triliun tersebut bisa memberikan manfaat ekonomi.
“Lokasi-lokasi tertentu bisa dikembangkan TOD untuk hunian, untuk sentra bisnis dan juga sentra-sentra produktif yang sekali lagi bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah termasuk juga kontribusi secara nasional,” kata AHY di Jakarta, Jumat (26/9/2025).
Konsep ini berbeda dari rancangan awal yang hanya membangun dinding tinggi di pantai dan laut. AHY ingin mengintegrasikan pusat ekonomi baru yang bisa membantu pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.
Pemerintah saat ini masih menyusun rancangan proyek bersama Kementerian PUPR, pemerintah daerah, dan Badan Otorita Pengelola Pantai Utara Jawa. Badan ini baru dibentuk Presiden Prabowo Subianto bulan lalu.
“Kita join forces dengan Kementerian Koordinator Infrastruktur dan tentunya dengan para pemimpin di daerah untuk menghadirkan konsep-konsep yang bisa melindungi sekaligus juga membuka potensi ekonomi baru,” ujar AHY.
Wakil Menteri PUPR Diana Kusumastuti mengakui pihaknya masih menggunakan gagasan lama Giant Sea Wall. Namun, dia tidak menutup kemungkinan melakukan pembaruan sesuai arah pembangunan baru.
“Nah mungkin nanti juga perlu kita integrasikan dengan rencana yang baru. Tapi kami juga harus memperhatikan jangan sampai Jakarta itu banjir juga, karena yang kita lakukan adalah pengendalian banjir,” kata Diana.
Diana menekankan fungsi utama Giant Sea Wall tetap sebagai penangkal banjir rob dan erosi laut. Integrasi dengan konsep baru harus tetap mempertimbangkan aspek teknis agar tidak mengganggu fungsi utama tersebut.
